Rabu, 17 Oktober 2018

MBah Kholil Bangkalan dan Si Pengemis

SYAIKHUNA KHOLIL BANGKALAN DAN SI PENGEMIS
Oleh Mahlail Syakur Sf.


Beliau adalah al-'Alim al-'Allamah as-Syeikh H. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Basyaiban al-Bangkalani al-Maduri al-Jawi asy-Syafi'i atau lebih dikenal dengan nama Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil, seorang Ulama Kharismatik dari Pulau Madura, Jawa Timur, Indonesia. < https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kholil_al-Bangkalani >
Beliau wafat pada bulan Desember 1925 di Martajasah, Bangkalan dan dimakamkan di belakang Masjid Agung ini.


Alkisah, suatu hari Al-Maghfur lah mBah Kyai Syaikhuna Kholil (Bangkalan - Madura) sedang menemui tamu-tamunya di ruang depan. Mbah Kholil yang juga  Ulama' Besar dan salah satu guru dari mBah K.H. M. Hasyim Asy'ari (pendiri NU/ kakek Gus Dur) sedang duduk dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama dengan para tamunya ditemani secangkir kopi yang ada di hadapan masing-masing.

Ketika sedang asyik mengobrol itu tiba-tiba datang seorang "Gembel" dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan. Kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram, apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin tiba-tiba si Pengemis ini menyeruput kopi milik mBah Kholil. Terlihat juga ingus yang keluar dari hidung Pengemis tak diundang ini.

Marahkah mbah Kholil??
Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang shalat (duduk di antara dua sujud), telapak tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si Pengemis. Justeru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tetapi segera dicegah oleh mBah Kholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening, mBah Kholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si Pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.
Selepas gelandangan itu pergi mBah Kholil membuka suara: "Siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi?"
Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas diminum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah hidung. Ngeri ...!
"Baiklah, kalau begitu biar saya yang menghabiskan", kata mBah kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin  terheran-heran. Belum habis rasa penasaran para tamu kemudian mBah Kholil menyambung kata lagi: "Taukah sampeyan semua, siapa tamu tadi? Ia adalah Nabi Khadlir as., beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang Wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan ke sini untuk menemui sahabat-sahabatnya, para Wali Allah di tanah Jawa".

Kontan kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekadar untuk "ngalap berkah" dari kesalehan Nabi Khadlir as.

MBaH Kholil terkekeh dengan tingkah para tamunya ini, "Yah ... kebanyakan kita hanya melihat kulit tanpa bisa melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlapnya dunia".

Semoga kita menjadi terampil menilai orang lain, terjaga dalam menilai sesama hanya karena dhohirnya semata ... (ms2f)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar