Jumat, 31 Agustus 2018

Ibnu Muljam Sang Pembela Islam

Mewaspadai Ibnu Muljam di Zaman Now
Oleh Mahlail Syakur Sf.

Ibnu Muljam, Berlagak Pembela Islam tapi Mengkafirkan Pemimpin Pemerintahan.

“Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”
Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam al-Muradi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib kw. Subuh 21 Ramadlan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasul Allah saw.  menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Sayyiduna Ali kw. terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa.

Tidak berhenti sampai disana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
(Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridlaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya).

Sebagai hukuman atas aksinya mencabut nyawa seorang Pemimpin Pemerintahan, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi mati dengan cara qishash. Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh drama. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada Algojo:
“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah ra., sepupu Rasul Allah, dan ayah dari Hasan dan Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah. Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Allah.

Faktor yang mempengaruhi Radikalisme Ibnu Muljam: Perbedaan Pandangan Politik

Ibnu Muljam merupakan salah satu pendukung Ali bin Abi Thalib kw. Bahkan ia juga pernah berperang bersama Ali dalam perang Jamal melawan Aisyah, serta ia juga pergi ke Kufah untuk mengikuti perang Siffin antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Muawiyah.
Namun saat perang siffin berakhir, dan disepakati arbitrase antara Ali dan Muawiyah, Ibnu Muljam menyatakan ketidak setujuannya. Ia berpendapat, dengan mengutip al-Qur'an, bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah tidak sesuai dengan tuntunan al-Quran dan Rasul Saw.

Sehingga dengan perbedaan pandangan politiknya, Ibnu Muljam keluar dari barisan para pendukung Ali bin Abi Thalib dan memilih untuk menjadi bagian dari kelompok Khawarij. Jargon terkenal khawarij “lā hukma illa Allah” (tidak ada hukum yang harus ditaati kecuali hukum Allah) ia gunakan untuk menolak kebijakan Ali yang tunduk kepada arbiterase.

Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern.

Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasikan untuk berjihad di jalan Allah dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.
Siapa sebenarnya Ibnu Muljam? Dia adalah lelaki yang shalih, zahid dan bertakwa dan mendapat julukan Al-Maqri’. Sang pencabut nyawa Sayyidina Ali itu seorang huffadz alias penghafal Alquran dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.
Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Dalam pernyataannya, Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan:
“Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.

Meskipun Ibnu Muljam hafa allquran, bertaqwa dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya. Afiliasinya kepada sekte Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. Ibnu Muljam menetapkan klaim terhadap surga Allah dengan sangat tergesa-gesa dan dangkal. Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim rangka membela ajaran Allah dan Rasul Allah.

Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan saleh yag menyuarakan khilafah dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama.
Raut wajah mereka memancarkan kesalehan yang bahkan tampak pada bekas sujud di dahi. Mereka senantiasa membaca al-Qur'an di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi.

Rasul Allah saw. dalam sebuah hadits telah meramalkan kelahiran generasi Ibnu Muljam ini:
"Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca al-Qur'an. Di mana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca al-Qur'an dan mereka menyangka bahwa al-Qur'an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata al-Quran itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya". (Hadits riwayat Muslim)

Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin. Wahai kaum Muslimin dan Nahdliyyin, waspadalah pada gerakan generasi Ibnu Muljam.
Mari kita siapkan generasi muda kita agar tidak diracuni oleh golongan Ibnu Muljam gaya baru.
Islam itu agama rahmah lil-'alamin. Islam itu agama keselamatan.
Islam itu merangkul, dan bukan memukul.

Semoga kita dan keluarga kita senantiasa dilindungi oleh Allah dan dijauhkan dari sifat dan perilaku Ibnu Muljam.

Ihdinas shirathal mustaqim …. (ms2f)

Damai itu Indah - Hikmah bersikap Arif

Ke-Arif-an itu Penting
Oleh Mahlail Syakur Sf.

KENAPA Murid Ini Menjawab 3 x7 = 21,
Tapi Malah Dihukum Cambuk 10 Kali, Alasan Sang Guru Sangat Mengharukan

Siapa Yang Benar?
Alkisah, hidup seorang guru yang sangat dihormati karena tegas & jujur.
Suatu hari, dua muridnya menghadapnya. Mereka bertengkar hebat di depannya dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hasil hitungan 3 x 7.

Murid pandai mengatakan hasilnya adalah 21, sementara Murid bodoh bersikukuh pada hasilnya, yaitu 27.

Murid bodoh pun menantang murid pandai supaya gurunya menilai siapa yang benar di antara mereka.
Murid yang bodoh mengatakan:
“Jika saya yang benar 3 x 7= 27, maka kamu harus mau dicambuk 10 kali oleh Guru. Tetapi kalau kamu yang benar (3 x 7 = 21), maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri. Haaaaaa … ha haa..” Demikian si Bodoh menantang dengan sangat yakin akan pendapatnya.

“Katakan guru, mana yang benar?” Tanya murid bodoh.

Ternyata guru memvonis cambuk 10x bagi murid yang pandai (yang menjawab 21).

Murid pandai protes … tetapi gurunya menjawab:
“Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tetapi untuk ketidak-arifanmu karena berdebat dengan orang bodoh yang tidak tahu bahwa 3×7 adalah 21.”

Guru melanjutkan :
“Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif daripada guru harus melihat 1 nyawa terbuang sia-sia”.

Pesan Moral :
- Hindari berdebat dengan orang yang tidak menguasai permasalahan, dan ilmu, sebab bila mental kita masih lemah maka hanya emosi dan permusuhan yang didapat.

- Berdebat/ bertengkar untuk sesuatu yang tidak perlu diperebutkan kebenarannya hanya akan menguras energi percuma.

- Ada saatnya kita diam untuk menghindari/ mengakhiri perdebatan yang tidak perlu.

- Diam bukan berarti kalah, Menang juga bukan hal yang luar biasa apalagi menang lawan orang bodoh.

- Pemenang sejati adalah orang yang mampu menaklukkan egonya sendiri*.

Damai itu indah …
Setiap orang mendambakan kedamaian hidup.

Sebelum berdamai dengan orang lain,
Sebaiknya berdamailah dulu dengan diri sendiri.

DAMAI + RUKUN = SANGAT INDAH
 😊😊
Selamat !
Semangat Belajar Bijak.

Sabtu, 25 Agustus 2018

Para Ahli Hadits - Syakur

AHLI HADITS 
Dari Masa Shahabat hingga Tabi'in
oleh Mahlail Syakur Sf.
e-mail: syakur@unwahas.ac.id




Ahli Hadits dalam studi ilmu hadits dikenal dengan istilah muhaddits (محدّث). Perjalanan hadits cukup panjang dan membutuhkan transformasi yang handal. Mereka para muhadditsun itulah yang berperan memegang peran penting dalam estafeta riwayat hadits.

Dalam Konteks transformasi hadits Rasul Allah saw. telah memberikan banyak motivasi, yaitu antara lain sebagai berikut:
بلغوا عني ولو اية (رواه البخاريّ
(Sampaikan apa saja yang datang dari walaupun hanya satu ayat)

Atau oleh haditsnya:
ألا ، ليبلّغ الشاهد منكم الغائب  (رواه ابن عبد البرّ عن أبي بكرة ) 
(Perhatian! Hendaklah orang yang mengetahui (hadits) menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir (pada periwayatan hadits) HR. ibn Abdil Bar dari Abu Bakrah
Atau termotivasi oleh sabdanya berikut ini:
ليبلغ الشاهد منكم الغائب فرب مبلغ أوعى من سامع
(Hendaklah orang yang mengetahui hadits menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir pada periwayatan hadits. Barangkali orang yang menyampaikan hadits lebih baik daripada orang yang (hanya) mendengarnya)
Dari generasi Shahabat Rasul Allah saw.  ditemui banyak figur yang dinilai paling banyak meriwayatkan hadits. Di antara mereka adalah:
1. Sayyiduna Abu Hurairah ra. yang memiliki dan meriwayatkan 5374 hadits;
2. 
Sayyiduna Ibnu Umar ra. dengan 2630 hadits; 
3. Sayyiduna Anas bin Malik ra. dengan 2286 hadits; 
4. Sayyidatuna Aisyah Ummul Mukminin ra. dengan 2210 hadits; 
5. Sayyiduna Ibnu ‘Abbas ra. dengan 1660 hadits; 
6. Sayyiduna Jabir bin ‘Abdullah ra. yang meriwayatkan 1540 hadits. 

Sebagian Shahabat Rasul Allah saw. telah melakukan pembukuan hadits. di antaranya adalah:
1. Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65 H.) yang diberi judul As-Shahifah As-Shadiqah
2. Abdullah bin Abbas (3-68 H.)
3. Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78 H.) dengan judul  As-Shahifah.
4. Hamam bin Munabbih (40-131 H.) dengan judul As-Shahifah As-Shahihah

Pada era Tabi'in muncul gerakan pembukuan hadits secara spektakular hingga mengispirasi banyak ahli hadits. Gerakan ini dipelopori oleh Umar bin Abdul Aziz. 
Perintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadist secara resmi, Khalifah Umar bin Abdul Aziz inilah yang memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut: 

Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para ‘ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam” ( Bukhari (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126))
Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berdua merupakan thabaqat awal pembukuan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Hazm pulalah yang memulai dan mencetuskan ilmu Riwayatul hadits. Yakni suatu ilmu tentang meriwayatkan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. perbuatan-perbuatannya, taqrir-taqrirnya dan sifat-sifatnya. Ilmu ini sifatnya lebih tertuju pada mengumpulkan hadits-hadits saja, tanpa memeriksa secara detail sah atau tidaknya yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Faedah-faedah Ilmu riwayatul hadits antara lain :
1. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mana yang disandarkan kepada selain beliau.
2. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut ke mulut atau dari satu tulisan ke tulisan lain tanpa sanad.
3. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
4. Agar dapat diperiksa sanad dan matannya sah atau tidak.
Nama-nama ‘ulama pencatat atau perawi hadits yang mu’tabar dari generasi Tabi’in antara lain :
1. Said Ibnul Musayyab (15-94H)
2. Urwah bin Zubair (22-94H)
3. Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Wafat th.117H)
4. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124H)
5. Imam Nafi’ (wafat 117H)
6. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah (Wafat 98H)
7. Salim bin Abdullah bin Umar (Wafat 106H)
8. Ibrahim bin Yazid An-Nakha’I (46-96H)
9. Amir bin Syarahil Asy-Sya’bi (19-103H)
10. Alqamah bin Qais An-Nakha’i (28-62H)
11. Muhammad bin Sirrin (33-110H)
12. Ibnu Juraij Abdul Aziz bin Juraij (Wafat 150H)
13. Said bin ‘Arubah (Wafat 156H)
14. Al Auza’i (Wafat 156H)
15. Sufyan At-Tsauri (Wafat 161H)
16. Abdullah bin Mubaarak (118-181H)
17. Hammad bin Salamah (Wafat 176H)
18. Husyaim (Wafat 188H)

ِAdapun nama-nama ‘ulama pencatat atau perawi hadits yang terkenal (mu’tabar) dari generasi Tabi’ut Tabi’in antara lain:
1. Imam al-Bukhari (194-256H) Kitab : Al-Jaami’ush Shahih atau Shahih Bukhari
2. Imam Muslim (204-261H) Kitab : Shahih Muslim
3. Imam Abu Dawud (202-275H) Kitab : As-Sunan Abi Dawud
4. Imam At-Tirmidzi (209-279H) Kitab : As-Sunan At-Tirmidzi
5. Imam An-Nasa’i (215-303H) Kitab : As-Sunan An-Nasa’i
6. Imam Ibnu Majah (207-275H) Kitab : As-Sunan Ibnu Majah
7. Imam Malik bin Anas (90/93-169H) Kitab : Al-Muwatha’
8. Imam Asy Syafi’iy (150-204H) Kitab : Al Um
9. Imam Ahmad bin Hambal (164-241H) Kitab : Al Musnad Ahmad
10. Imam Ibnu Khuzaimah (223-311H) Kitab : Shahih Ibnu Khuzaimah
11. Imam Ibnu Hibban (—-354H) Kitab : Shahih Ibnu Hibban
12. Imam Hakim (320-405H) Kitab : Al Mustadrak
13. Imam Ad-Daaruquthni (306-385H) Kitab : Sunan Daaruquthni
14. Imam Al-Baihaqiy (384-458H) Kitab : Sunan Al-Kubra
15. Imam Ad-Daarimi (181-255H) Kitabnya Sunan Ad-Daarimi
16. Imam Abu Dawud At-Thayaalisi (—-204H) Kitab: Musnad At-Thayalisi
17. Imam Al-Humaidiy (—219H) Kitab : Musnad Al-Humaidiy
18. Imam Ath-Thabrani (260-360H) Kitab : Mu’jam Al-Kabir, Mu’jam Al-Ausath, Mu’jam As-Shagir
19. Imam Abdurrazzaaq (126-211H) Kitab :Mushannaf Abdurrazzaaq
20. Imam Ibnu Abi Syaibah (—-235H) Kitab : Mushannaf Ibnu abi Syaibah
21. Imam Abdullah bin Ahmad (203-209H) Kitab : Az-Zawaaidul Musnad
22. Imam Ibnul Jaarud (—307H) Kitab : Al-Muntaqa
23. Imam At-Thahaawi (239-321H) Kitab : Syarah Ma’aanil Atsar, Musykilul Atsar
24. Imam Abu Ya’la (—307H) Kitab : Musnad Abu Ya’la
25. Imam Abu ‘awaanah (—316H) Kitab : Shahih Abu ‘Awaanah
26. Imam Said bin Manshur (—227H) Kitab : As Sunan Said bin Manshur
27. Imam Ibnu Sunniy (—364H) Kitab : ‘Amalul Yaum wal lailah
28. Imam Ibnu Abi ‘Ashim (—287H) Kitab : Kitabus Sunnah, Kitab Zuhud




Kamis, 23 Agustus 2018

Syekh Abdul Qadir al-Jilani

Abdul Qadir Jilani
oleh Mahlail Syakur Sf.

Masyarakat Muslim terutama di Indonesia mengenal nama Abdul Qadir al-Jailani, dan terkadang diucapkan dengan nama Abdul Qodir Jailani (dengan O pada kata Qodir dan tanpa al pada kata Jailani). 

Sebutan atau penisbatan kata al-Jilaniy pada nama beliau dilatarbelakangi oleh tempat kelahiran Syekh Abdul Qadir dan tempat tinggalnya di masa anak hingga usia 18 tahun, yaitu desa Jilan (جيلان) dari suku Kurdi. Namanya selalu disebut secara lengkap "Syeikh Abdul Qadir al-Jilani (الشيخ عبد القادر الجيلاني) atau dalam ejaan internasional ditulis "al-Gilani"). 

Nama beliau ditulis dalam bahasa Kurdi dengan Evdilqadirê Geylanî, dalam bahasa Persia dengan عبد القادر گیلانی, dan dalam bahasa Urdu dengan عبد القادر آملی گیلانی (Abdolqāder Gilāni).

Abdul Qadir al-Jilani (470–561 H. atau 1077–1166 M.) adalah seorang ulama fiqh yang sangat dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam dunia Tarekat dan Sufisme

Beliau adalah orang Kurdi atau orang Persia karena beliau dilahirkan di Kurdi kemudian separuh dari umurnya dihabiskan untuk mengabdi ilmu dan pendidikan di Persi (Bagdad Iraq). 

Beliau dianggap wali dan diadakan penghormatan besar oleh kaum Muslim dari anak benua India. Di antara pengikutnya di Pakistan dan India, beliau juga dikenal dengan sebutan Ghaus-e-Azam (الغوث الأعظم).

اللهم انشر نفحات الرضوان عليه 
وامدنا بااسرار التي اودعتها لديه 


Rabu, 22 Agustus 2018

Antara Korban & Qurban

Korban
& Qurban
Oleh H. Mahlail Syakur Sf.
Dosen FAI universitas Wahid Hasyim Semarang
syakur@unwahas.ac.id
**************
Dalam bahasa Indonesia terkadang sulit dibedakan antara Qurban dan Korban, atau keduanya sering ditulis sama, yaitu "korban". Padahal dalam teks agama terutama Islam, keduanya harus dipahami dengan makna yang berbeda karena sumber kata dan kasusnya berbeda.

Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi pihak yang dirugikan.
Ilmunya dinamakan viktimolog, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang korban.
Menurut kamus Crime Dictionary yang dikutip seorang ahli (Abdussalam, 2010:5) bahwa Victim adalah “orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya”. Disini jelas yang dimaksud “orang yang mendapat penderitaan fisik dan seterusnya” itu adalah korban dari pelanggaran atau tindak pidana.
Selaras dengan pendapat diatas adalah (Arif Gosita, 1989:75) menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah:
“mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita”.
Ini menggunakan istilah penderitaan jasmaniah dan rohaniah (fisik dan mental) dari korban dan juga bertentangan dengan hak asasi manusia dari korban.
Contoh : korban banjir, korban gempa, korban mutilasi, korban penembakan,  dsb.
Jadi,  korban berkonotasi negatif (negative connotasion).

Qurban?
Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam Islam juga disebut dengan "al-udhhiyyah" (الاضحية) dan "adh-dhabhiyyah" (الذبحية) yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, kerbau, sapi, dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk "taqarrub" atau mendekatkan diri kepada Allah.

Dalil disyari’atkannya Ibadah Qurban:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar: 1 — 3).

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syi'ar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan darinya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).

Jadi, qurban berkonotasi positif (positive connotasion).

Jumat, 17 Agustus 2018

Lagu Ya Lal-Wathan menggema di Malam Tirakatan HUT RI ke-73

La Yal Wathan menggema dalam Tirakatan 73th Indonesia Independence Day
*******

Sudah menjadi tradisi masyarakat dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan (Independence Day) Republik Indonesia. Tiada lain penyambutan mereka kecuali bertujuan untuk mengekspressikan ungkapan rasa syukur kepada Allâh dan para pejuang atas keberhasilan membebaskan negeri ini dari cengkeraman kaum “Penjahat” yang secara buas menjajahnya selama berabad-abad. Kecuali itu penyambutan ini sebagai wujud kebanggan menjadi bangsa di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak terkecuali dalam menyongsong HUT ke-73 Kemerdekaan pada tahun ini sebagaimana di lingkungan warga RT 02 RW VI Dusun Boto Kidul, Ngembalrejo Kudus.
Berbagai cara dan macam yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyambut HUT Kemerdekaan negaranya. Antusiasme masyarakat ditunjukkan dalam berbagai kegiatan yang melibatkan semua elemennya. Agendanya cukup banyak dan bervariasi, mulai dari permainan hingga lomba dan lazim diakhiri dengan Malam Tirakatan pada malam 17 Agustus.
Malam Tirakatan merupakan puncak kegiatan dari serangkaian agenda yang dipersiapkan oleh masyarakat. Momentum ini ini sekaligus dujadikan ajang pertemuan seluruh warga sekali dalam setahun, mengingat kesibukan masing-masing menjadi faktor kesulitan warga untuk berkumpul bareng secara bulanan apalagi mingguan. 
Kegiatan yang cukup mengambil banyak perhatian warga ini dimulai setelah shalat ‘Isya` dengan manual acara yang sangat padat hingga menjelang tengah malam. Di samping mengikuti Orasi Kemerdekaan yang disampaikan oleh Ustadz Mahlail Syakur Sf., warga menikmati Makan Bareng dengan aneka menu, baik masakan tradsional seperti sambel ontong, sambel terong, gudhangan, tahu-tempe bacem, dan kerupuk, maupun masakan modern seperti ayam krispy. Tidak ketinggalan aneka buah, sop buah, dan doorprize. Malam Tirakatan juga menjadi ajang penampilan kreasi dan prestasi seperti pembuatan panggung dan dekorasi yang dikerjakan oleh kawula muda yang tergabung dalam wadah Organisasi Pemuda RT 02 (OPERA).
Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Kemerdekaan dalam menyabut HUT Kemerdekaan RI adalah hal biasa karena merupakan rukun yang harus ada, termasuk dalam kegiatan Malam Tirakatan, tetapi hal yang cukup menarik dan spektakuler dari sekian menu acara yang disajikan oleh warga RT 02 RW VI Ngembalrejo Kudus pada HUT Kemerdekaan RI tahun ini adalah dilantunkannya lagu “Ya Lal Wathan” atau “Hubbul Wathan” karya mBah K.H. Abdul Wahab Chasbullah dengan lantang tetapi bersemangat oleh anak-anak dan kawula muda. Lantunan lagu ini dalam Malam Tirakatan menunjukkan bentuk kebersamaan antara Umara` dan Ulama`. “Lagu Ya lal Wathan itu sangat bagus, dan anak-anak kita membawakannya dengan baik sekali. Lagu ini menumbuhkan jiwa nasionalisme yang religius”, kata Pak Ketua RT 02, Bapak Supaat dalam sambutannya. –ms2f--
Merdeka  … !!!   
 

Kamis, 09 Agustus 2018

Rahasia Guru Awet Muda

Guru itu Awet Muda
Oleh Mahlail Syakur Sf.

Setidaknya ada lima soal dan lima jawan mengenai keawetan guru hingga tampak muda.

Kenapa Guru awet muda?
Karena selalu bekerja dengan penuh kebahagiaan serta ketulusan mendampingi siswa.

Kenapa Guru selalu selamat?
Salah satu jawabannya: Karena tiap pagi menyambut anak dan siswa mendo'akan dengan ucapan "Assalamu 'alaikum".

Kenapa Guru banyak amalannya?
Karena setiap saat ia dengan ikhlas menginfakkan ilmunya kepada para siswa.

Kenapa Guru sangat berjasa?
Karena kita semua hadir bisa membaca dan menulis serta berprofesi apapun karena jasanya.

Kenapa Guru kelak dijanjikan kebahagiaan oleh-Nya?
Karena meski telah wafat ia masih dapat kiriman pahala karena amal jariyah ilmunya yang diamalkan siswanya.

Maka ..... Berbahagialah wahai para ibu bapak Guru yang akan dapat kemuliaan di dunia dan akherat. Dengan syarat kita menjalankan tugas diniati ibadah serta dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing/mendampingi siswa yang diamanahkan pada kita.

Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, kesabaran, ketulusan dan keikhlasan bagi kita semua ....